Penggemarku

Senin, 22 April 2019

Pesta telah Usai, Saatnya Bebenah Membangun Negeri dengan Saling Merangkul bukan Memukul

Rakyat Indonesia baru saja selesai dalam pelaksanaan demokrasi yang digelar setiap 5 tahun sekali. Pesta besar ini digelar serentak di seluruh Indonesia dan bagi rakyat indonesia yang berada di luar negeri. Pesta yang diadakan tanggal 17 April 2019 ini masih banyak memiliki catatan dalam pelaksanaannya. Mengapa tidak  demokrasi tersulit dan terbesar di dunia ini, tentu saja memiliki plus minus.
Dimulai dari pendataan dafta pemilih yang juga memerlukan waktu yang begitu lama serta berbagai hambatan yang ditemukan di lapangan seperti tidak cocoknya data dengan pemilih serta banyak ditemukan data ganda , meninggal dunia juga tidak adanya informasi tentang calon pemilih tersebut. Kpu RI telah membuat pasukan coklat untuk mendata para pemilih, petugas ini tersebar diseluruh desa di Indonesia.
Setelah semu data pemiih selesai tahap selanjutnya adalah pendaftaran partai peserta pemilu serta para calon legislatif yang diusung oleh partai tersebut. Pada tahap ini tak juga kalah sengitnya, bahkan sampai ke tingkat MK dalam mengadakan banding karena KPU tidak meloloskannya sebagai peserta pemilu tahun 2019. Sampai pada akhirnya KPU meloloskan 20 partai politik yaitu 16 partai skala nasional dan 4 partai lokal Aceh.
Kesempatan kepada peserta pemilu untuk berkampanye. Kampanye adalah salah satu cara peserta pemilu dalam memperkenalkan dirinya kepada pemilih dengan berbagai bujukan agar rakyat tertarik untuk memilih mereka maupun partainya agar bisa memenangkan ajang 5 tahunan ini. Tak jarang juga peserta pemilu memakai berbagai cara untuk  menarik hati pemilih mulai dari yang wajar sampai kepada yang dilarang oleh bawaslu seperti money politik, penyebaran berita hoaks dan Alat peraga kampanye yang tidak sesuai dengan aturan KPU dan Bawaslu. Diantara pelanggaran itu, berita hoaks yang paling rawan dalam pelaksanaan demokrasi di Indonesia baik menyerang partai politik maupun menyerang pribadi seseorang sekalipun. Disini saya sangat apresiasi kepada Bawaslu yang telah menindak tegas bagiPeserta yang melanggar aturan KPU dalam pesta demokrasi.
Selain dari partai politik, di Indonesia juga mengadakan pemilihan presiden dan wakil presiden, yang tentu saja ini lebih besar mengambil animo masyarakat indonesia. Dalam pemilihan presiden hanya terdiri dari 2 pasangan calon. Hal ini tak ayal membuat bangsa indonesia seakan terbelah menjadi 2 Kubu. Tak jarang istilah-istilah yang Kurang baik keluar dari mulut politisi yaitu cebong dan kampret. ini tentu saja menambah tensi politik di Indonesia baik bagi pasangan calon, tim sukses, partai pendukung dan simpatisan.
Pemilihan presiden yang hanya terdiri dari 2 calon ini pula menjadikan pilpres seakan dalam pertarungan final dalam sebuah pertandingan.
Kini Gelaran pesta telah usai, sudah saatnya kita rakyat Indonesia kembali merangkul bukan semakin memukul dalam membangun bangsa Indonesia. Menatap kedepan untuk bangsa. Demokrasi bukan pemecah tetapi demokrasi, ajang pencarian pemimpin dan wakil rakyat terbaik Untuk negeri. Kami sebagai rakyat hanya bisa berharap kepada para pemimpin yang terpilih agar semakin memperhatikan rakyat dan bisa selalu mengeluarkan kebijakan - kebijakan yang Berpihak kepada rakyat bukan kepada kepentingan pribadi atau golongan. Hal ini karena demokrasi dilaksanakan untuk mencari pembangun bangsa bukan pembangun diri semata. MZ

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sekolah Kuttab Tarbawi Payakumbuh, Menyatukan Value dan Knowledge

Pada hakikatnya pendidikan itu ada 2 hal yang harus ditanamkan pada peserta didik. Transfer of knowledge dan transfer of value. Transfer ...